Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning
Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning
Saat ini, hubungan pembelajaran yang harmonis mulai muncul antara peserta didik, guru, keluarga, dan masyarakat. Perubahan ini merupakan pertanda baik karena inilah ciri khas dari Pembelajaran Mendalam. Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menjaga harmonisasi peran-peran ini. Guru tidak lagi hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mitra dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat penting karena dampak dari Pembelajaran Mendalam terhadap peserta didik terlihat jelas dalam pengalaman mereka. Ketika banyak peserta didik yang menyatakan bahwa “lebih mudah belajar dari teman sebaya daripada dari guru,” hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka. Selain itu, peserta didik juga merasakan manfaat dari hubungan dengan orang-orang di luar lingkungan mereka, yang memperluas wawasan dan perspektif mereka.
Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning
Kemitraan pembelajaran, yang digambarkan dalam berbagai ilustrasi, merupakan salah satu dari empat elemen desain kunci dalam Pembelajaran Mendalam. Kemitraan ini memiliki potensi signifikan untuk membingkai ulang cara kita memandang pembelajaran dengan menghubungkan peserta didik ke masyarakat di lingkup lokal, nasional, dan global. Ketika pembelajaran menjadi lebih relevan dan otentik, peserta didik tidak hanya terkurung dalam dinding kelas, tetapi juga beradaptasi dengan kebutuhan dan minat peserta didik secara lebih organik. Fokus baru pada hubungan ini berfungsi sebagai akselerator untuk pembelajaran, tetapi pencapaian ini tidak terjadi secara kebetulan. Diperlukan peran baru bagi peserta didik, guru, keluarga, dan komunitas dalam proses pembelajaran, serta kesadaran untuk secara sengaja mendorong hubungan pembelajaran yang baru ini.
A. Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran Mendalam
Untuk memaksimalkan proses pembelajaran, peserta didik perlu mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan memahami cara mereka belajar. Ini bukan hanya tentang menyelesaikan tugas atau mengikuti instruksi guru, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan metakognisi, memberikan dan menerima umpan balik, serta menerapkan agensi peserta didik. Dengan memahami proses belajar, peserta didik dapat menjadi lebih aktif dan terlibat dalam pendidikan mereka, yang pada saatnya nanti akan meningkatkan hasil belajar mereka (Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J., 2018).
1. Learning to learn
Learning to learn mendorong peserta didik memiliki kesadaran metakognitif mengenai cara mereka belajar dan menguasai proses pembelajaran itu sendiri. peserta didik mulai mendefinisikan tujuan pembelajaran mereka sendiri dan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai. Mereka belajar untuk memantau kemajuan mereka, secara kritis mengevaluasi pekerjaan mereka, dan mengintegrasikan umpan balik dari teman sebaya, guru, dan sumber lain. Proses ini tidak hanya membantu peserta didik memahami materi pelajaran dengan lebih baik, tetapi juga meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana mereka berfungsi dalam proses pembelajaran.
Umpan balik merupakan elemen penting dalam meningkatkan kinerja peserta didik. Ketika peserta didik membuat kemajuan dalam menguasai proses pembelajaran, peran guru secara bertahap beralih dari secara eksplisit menyusun tugas pembelajaran menjadi memberikan umpan balik yang konstruktif, mengaktifkan tantangan pembelajaran berikutnya, dan terus mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung. Umpan balik yang efektif membantu peserta didik memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, sehingga mereka dapat terus berkembang dan belajar dengan lebih baik.
Agensi peserta didik dan otonomi mulai muncul ketika peserta didik mengambil peran yang lebih aktif dalam mengembangkan tugas pembelajaran dan menilai hasilnya. Ini lebih dari sekadar partisipasi; ini melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang nyata dan kesediaan untuk belajar bersama. Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkontribusi dalam proses pembelajaran, mereka merasa lebih terlibat dan memiliki rasa kepemilikan terhadap hasil belajar mereka. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendorong kolaborasi dan inovasi, di mana peserta didik dapat saling belajar dan tumbuh bersama.
2. Relationship
Peran kedua adalah relationship atau hubungan. Ini merupakan pondasi penting bagi semua orang, karena sangat alami jika seseorang selalu berhubungan dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu (Ryan & Deci, 2017). Dalam konteks pendidikan, perhatian dan keterhubungan menjadi sangat penting dalam membantu peserta didik berkembang dan memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk merasa dihormati dan memiliki rasa kepemilikan. Rasa memiliki ini muncul sebagai motivator yang kuat, mendorong peserta didik untuk berkontribusi pada umat manusia, baik di tingkat lokal maupun global.
Ketika peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan koneksi interpersonal dan wawasan intrapersonal di kelas, mereka dapat bergerak menuju tugas yang semakin kompleks, baik dalam kelompok maupun secara mandiri. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis mereka, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu membentuk kemampuan mengelola hubungan kolaboratif yang akan bermanfaat sepanjang hidup. Jika guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, maka akan peserta didik belajar bagaimana berkolaborasi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan membangun kepercayaan. Keterampilan ini tidak hanya berlaku di dalam kelas, tetapi juga di dunia kerja dan dalam interaksi sosial sehari-hari. Dengan mengasah keterampilan kolaboratif dan metakognisi, peserta didik dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.
3. Aspirations
Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi secara signifikan oleh ekspektasi mereka sendiri serta persepsi yang mereka yakini bahwa orang lain miliki terhadap mereka (Tough, 2016; Ryan & Deci, 2017). Ekspektasi merupakan faktor kunci yang menentukan kesuksesan, seperti yang dicatat dalam penelitian Hattie (2012). peserta didik harus percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka dan juga merasakan bahwa orang lain percaya pada kemampuan mereka.
Untuk mencapai kesuksesan, peserta didik perlu terlibat dalam menentukan kriteria keberhasilan dan terlibat dalam mengukur pertumbuhan mereka. Keluarga, peserta didik, dan guru dapat bersama-sama membina ekspektasi yang lebih tinggi melalui cara-cara yang disengaja kadang-kadang hanya dengan mendiskusikan ekspektasi saat ini dan yang ideal serta apa yang mungkin membuatnya dapat dicapai. Diskusi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana peserta didik merasa didorong untuk mencapai potensi penuh mereka.
Kebutuhan dan minat peserta didik merupakan akselerator yang kuat untuk motivasi dan keterlibatan. Guru yang mampu memanfaatkan rasa ingin tahu dan minat alami peserta didik dapat menggunakan hal ini sebagai batu loncatan untuk melibatkan peserta didik secara mendalam dalam tugas yang relevan dan autentik, serta mengeksplorasi konsep dan masalah secara mendalam. Dengan mengaitkan pembelajaran dengan aspirasi peserta didik, memberikan umpan balik yang kuat, dan membangun minat peserta didik, kita dapat menciptakan kemitraan pembelajaran yang lebih kuat.
B. Peran Baru untuk Guru dalam Pembelajaran Mendalam
1. Aktivator
Guru Sebagai aktivator artinya guru memainkan peran yang sangat penting dalam menghidupkan proses pembelajaran di kelas daripada hanya menjadi fasilitator. Mereka tidak hanya sekadar menyampaikan materi, tetapi juga berusaha membangun hubungan yang dekat dengan peserta didik. Dengan memahami kebutuhan dan minat peserta didik, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan interaktif. Misalnya, mereka menggunakan teknik seperti umpan balik yang konstruktif dan pertanyaan yang memicu pemikiran kritis, sehingga peserta didik merasa didorong untuk terlibat aktif. Dalam lingkungan seperti ini, peserta didik tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar tentang diri mereka sendiri dan cara berpikir secara reflektif. Dengan pendekatan ini, peserta didik merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka.
2. Kolaborator
Dalam peran sebagai kolaborator, guru bekerja sama dengan peserta didik, keluarga, dan komunitas untuk merancang pengalaman belajar yang lebih baik. Mereka mengajak peserta didik untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang mereka pelajari, sehingga setiap peserta didik merasa dihargai dan didengar. Namun, kolaborasi ini bukan hanya sekadar formalitas; guru berusaha untuk benar-benar memahami kebutuhan dan aspirasi peserta didik. Selain itu, guru juga berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka, berbagi ide dan praktik terbaik untuk meningkatkan pengajaran. Dengan menciptakan komunitas belajar yang saling mendukung, guru tidak hanya membantu peserta didik mencapai potensi mereka, tetapi juga membangun hubungan yang kuat antar guru dan peserta didik. Ini menciptakan suasana di mana semua orang merasa terlibat dan berinvestasi dalam proses pembelajaran.
3. Pengembang Budaya Belajar
Sebagai pembentuk budaya, guru memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif bagi semua peserta didik. Mereka menyadari bahwa banyak peserta didik, terutama yang berasal dari latar belakang yang kurang beruntung, mungkin menghadapi tantangan dalam belajar. Oleh karena itu, guru berusaha membangun rasa memiliki dan kepercayaan diri di antara peserta didik. Melalui kegiatan seperti pertemuan pagi, guru menciptakan ruang di mana peserta didik dapat berbagi cerita, membangun koneksi, dan merasa diterima. Dengan melibatkan peserta didik dalam proyek yang relevan dan bermakna, guru membantu mereka melihat bahwa pembelajaran bukan hanya tentang angka atau nilai, tetapi tentang bagaimana mereka bisa berkontribusi dan memahami dunia di sekitar mereka. Ini membantu peserta didik merasa lebih terhubung dengan pembelajaran mereka dan mendorong mereka untuk berusaha lebih keras.
C. Peran Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Mendalam
Kepala sekolah sebagai pemimpin Pembelajaran Mendalam, menyadari bahwa mereka tidak dapat mengandalkan hasil belajar hanya dari peran guru di kelas, melainkan dengan mengkoordinasikan kerja guru, peserta didik, rekan, dan keluarga untuk bersama-sama bergerak menuju Pembelajaran Mendalam.
1. Role Model Pembelajaran
Kepala sekolah menunjukkan sikap sebagai pembelajar dengan berpartisipasi secara aktif dalam pendekatan baru. Mereka tidak hanya mengirim guru ke lokakarya, tetapi juga belajar bersama mereka. Keterlibatan ini dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tambahan dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat. Dengan demikian, pemimpin memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang diperlukan untuk menerapkan perubahan.
2. Membentuk Budaya
Kepala sekolah mengembangkan kerja kolaboratif yang mendalam dengan membangun budaya menghargai dan saling percaya. Mereka melakukan ini tidak hanya dengan berpartisipasi sebagai pembelajar tetapi juga dengan menetapkan norma bahwa mengambil risiko adalah hal yang baik selama ada pelajaran yang diambil dari kegagalan. Mereka mendorong hubungan vertikal dan lateral di dalam dan antar sekolah dengan membangun struktur pembelajaran kolaboratif untuk merencanakan, memeriksa produk kerja peserta didik, dan menilai kualitas desain pembelajaran. Selain itu, mereka menciptakan mekanisme untuk secara teratur belajar dari praktik inovatif dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyesuaikan langkah selanjutnya. Dalam pekerjaan ini, pemimpin sekolah, bersama dengan guru, menciptakan iklim transparansi, inovasi, spesifikasi praktik, dan perbaikan berkelanjutan (Quinn, J., McEachen, J., Fullan, M., Gardner, M., & Drummy, M., 2020).
3. Memaksimalkan Fokus pada Pembelajaran Mendalam
Kepala sekolah menjaga fokus pada seperangkat tujuan kecil untuk mendorong pembelajaran mendalam dan mengidentifikasi kriteria keberhasilan. Mereka membangun ketepatan dalam pedagogi dengan mengembangkan seperangkat praktik yang sangat berdampak, memastikan bahwa semua orang memahaminya dan menggunakannya secara konsisten dalam desain dan penilaian pembelajaran. Pekerjaan pelatih, pemimpin tim, dan personel pendukung dikoordinasikan untuk memaksimalkan dampak dan mencapai pembelajaran mendalam. Praktik kolaboratif yang mendalam, seperti penyelidikan kolaboratif dan protokol untuk memeriksa pekerjaan peserta didik, didanai dan digunakan secara konsisten. Pemimpin pembelajaran mendalam tidak hanya mendorong dan mendukung inovasi, tetapi juga membantu memilah apa yang paling efektif dalam hal keterlibatan dan pembelajaran peserta didik.
D. Peran Baru untuk Keluarga dalam Pembelajaran Mendalam
Keluarga sejak dulu memiliki peran vital dalam keberhasilan peserta didik. Semua keluarga pasti mencintai anak-anak mereka dan ingin yang terbaik untuk mereka. Keluarga adalah ahli mengenai anak-anak mereka sendiri dan merupakan pengaruh pertama dan paling kuat dalam pembelajaran, perkembangan, kesehatan, dan kesejahteraan anak. Keluarga juga membawa perspektif sosial, budaya, dan berbahasa yang beragam. Keluarga harus merasa bahwa mereka memiliki tempat, merupakan kontributor yang berharga bagi pembelajaran anak-anak mereka, dan berhak untuk terlibat dengan cara yang bermakna.
Secara ringkas Kepemimpinan dalam Kemitraan Pembelajaran dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut:
A. Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran Mendalam
- Learning to learn
- Relationship
- Aspirations
B. Peran Baru untuk Guru dalam Pembelajaran Mendalam
- Aktivator
- Kolaborator
- Pengembang Budaya Belajar
C. Peran Baru untuk Kepala Sekolah dalam Pembelajaran Mendalam
- Role Model Pembelajaran
- Membentuk Budaya
- Memaksimalkan Fokus pada Pembelajaran Mendalam
D. Peran Baru untuk Keluarga dalam Pembelajaran Mendalam
- Komunikasi dan Kolaborasi Dua Arah
- Dampak Lingkungan dan Interaksi
- Kemitraan Berbasis Kepercayaan dan Transparansi
E. Peran Baru untuk Masyarakat dalam Pembelajaran Mendalam
Dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat luar biasa. Cara kita melihat ruang kelas telah berubah drastis. Dulu, ruang kelas terasa terpisah dari dunia luar, tetapi sekarang batasan tersebut semakin kabur. Berkat teknologi, guru dan peserta didik kini dapat terhubung dengan para ahli, berkolaborasi dengan teman-teman dari berbagai tempat, dan mengakses berbagai sumber daya yang tidak terbatas hanya pada lingkungan sekolah mereka.
Dokumen lengkap Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning dapat didownload DISINI
Demikian ulasan singkat materi Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning semoga bermanfaat. Mohon maaf barangkali materi ini masih perlu perbaikan, karena hanya keterbatasan pengetahuan saya.
Post a Comment for "Peran Kepala Sekolah Pada Pembelajaran Deep Learning"
Berkomentarlah sesuai dengan topik materi pembahasan dan saya berharap berupa Kritik, saran, serta masukan senantiasa kami nantikan